Di susun / produk :
Muhammad Sayuni Atjeh Gangster
Mahasiswa terakhir Akafarma 2014
Posting ini semoga bermanfaat bagi adek2 semua :D
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Produk pangan
sekarang ini beragam bentuknya, baik dari jenis maupun dari segi rasa dan cara
pengolahannya, dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan
bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari, satu diantara
bahan aditif tersebut adalah pemanis buatan. Pemanis merupakan salah satu bahan
tambahan pangan yang sekarang banyak digunakan untuk menambah cita rasa
terhadap makanan dan minuman. Namun dalam prakteknya di masyarakat masih banyak
yang belum memahami.
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering
ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan.Pemanis
berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat fisik,
sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber
kalori bagi tubuh. Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan untuk
menggantikan rasa manis gula yang biasanya mengandung sedikit energy ( Eriawan
R. Dan Imam P, 2002 ).
Sirup merupakan larutan yang terdiri dari air, gula
dan formulasi bahan-bahan tambahan pangan. Bahan tambahan pangan bertujuan
untuk meningkatkan nilai organoleptik,
menghambat pertumbuhan mikroba dan memperpanjang masa simpan produk. Namun
demikian penggunaan bahan tambahan tersebut dalam jumlah besar dapat memberikan
peluang terjadinya masalah kesehatan bagi manusia. Seperti iritasi tenggorokan,
dan dapat mempengaruhi saraf otak dan kanker ( Anonim, 2012).
Sirup pala merupakan pembuatan industry rumah tangga
di Tapak Tuan dan hampir sebagian masyarakat Tapak Tuan ini memanfaatkan buah
pala menjadi peluang bisnis untuk menambah incam
keluarga.Buah pala (Myristica fragrans)
selain di olah menjadi manisan juga dapat di olah menjadi sirup.Seiring dengan
berkembangnya produk tambahan peneliti ingin mengetahui ada atau tidak pemanis
buatan dalam sirup pala tersebut. Identifikasi pemanis buatan ini dapat di
tentukan secara analisa kualitatif dan kuantitatif dengan melihat perubahan
warna dan nilai kadar pemanis tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Analisa natrium siklamat dalam sirup pala
yang di jual di Tapak Tuan.
1.2
Perumusan
Masalah
Apakah
terkandung natrium siklamat dalam sirup pala yang di jual di Tapak Tuan Aceh
Selatan.
1.3 Tujuan
penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa natrium siklamat dalam sirup pala yang di jual di
Tapak Tuan secara kualitatif.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilakukan
pengujian Analisa kadar Natrium Siklamat dalam sirup pala adalah :
1. Mengetahui ada tidaknya siklamat dalam
sirup pala dan untuk menentukan kadar nya.
2. Dapat
memberi wawasan dengan mengetahui bahaya sirup yang mengandung siklamat diluar
batas yang ditentukan.
3. Sebagai
referensi kepustakaan bagi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Yayasan Harapan
Bangsa Banda Aceh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Minuman
Pada dasarnya minuman adalah setiap cairan yang dapat
diminum kecuali obat-obatan, minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
oleh maklhuk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu,
kualitas minumana harus terjamin agar konsumen sebagai pemakaian produk minuman
dapat terhindar dari penyakit akibat minuman, terutama minuman yang mengandung
bahan tambahan pangan seperti bahan pengawet atau bahan pemanis pada makanan.
Minuman merupakan segala sesuatu
yang dapat dikonsumsi dan dapat menghilangkan rasa haus. Minuman umumnya berbentuk
cair, namun ada pula yang berbentuk padat seperti es krim atau es lilin.
Minuman kesehatan adalah segala sesuatu yang dikonsumsi yang dapat
menghilangkan rasa haus dan dahaga juga mempunyai efek menguntungkan terhadap
kesehatan ( Winarti, 2006 ).
Adapun manfaat atau
fungsi dari minuman tersebut adalah :
1. Untuk memuaskan atau menghilangkan rasa haus
2. Merangsang nafsu makan
3. Untuk menambah tenaga
4. Untuk membantu pencernaan makana
2.2 Sirup
2.2 Pangan
2.1.1 Pengertian
pangan
Pengertian
pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 033/Menkes/Per/IX/2012 adalah
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan atau
minuman.
Pangan juga dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang
dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja,
dan penggantian jaringan tubuh yang rusak (Harper, 1986).
2.1.2 Sirup Pala
Gambar
1.1 : Sirup Pala
Sirup merupakan
minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, hal ini karena kemudahan
dalam menyajikannya. Sirup merupakan larutan gula pekat yang digunakan sebagai
bahan minuman dengan ada atau tanpa ditambahkannya sam (antara lain asam
sitrat, asam tartarat dan asam laktat) juga aroma dan zat warna.
Sirup
tergolong kedalam jenis minuman ringan, tapi lebih berupa cairan kental yang
terbuat dari larutan gula. Untuk menambah kelezatan dan sedapnya aroma.
Biasanya orang masih memberi bahan penambah rasa, zat pewarna, serta berbagai
zat lain yang menarik selera. Sirup merupakan produk yang berasal dari sari
buah yang kemudian ditambah gula, air, asam dan bahan pengawet. Sedangkan
menurut Standar Industri Indonsesia (1986), sirup adalah larutan pekat
(sukrosa, gula invert, dan high
fructose syrup) dengan ada atau tanpa
penambahan bahan makanan yang diizinkan.
2.1.3 Keamanan Pangan
Keamanan pangan
adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari pencemaran
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.Pangan
yang aman serta bermutu dan bergizi tinggi sangat penting peranannya bagi
pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan
kecerdasan masyarakat (Saparinto, 2006).
Sistem pangan yang ada saat ini meliputi segala
sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan atau pengawasan terhadap
kegiatan atau prosesproduksi makanan dan peredarannya sampai siap dikonsumsi
manusia. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah
bahan-bahan yang ditambahkan terhadap bahan pangan yang kemudian dikenal dengan
bahan tambahan pangan (Syah, 2005).
2.2 Bahan Tambahan Pangan
Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012 secara umum bahan tambahan pangan
adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan
merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang
dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan
penyiapan.
Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan :
1. Dimaksukka
untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan.
2.
Tidak digunakan untuk
menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.
3. Tidak
digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi yang baik untuk pangan.
4. Tidak
digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
2.2.1 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan
Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu :
1. Bahan
tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan
mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan
kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, dan
pengeras.
2. Bahan
tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai
fungsi dalam makanan tersebut, sebagai contoh residu pestisida dan antiobiotik.
Selain bahan tambahan pangan yang
tercantum dalam peraturan tersebut masih ada beberapa bahan tambahan tambahan
pangan yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya :
1.
Enzim, yaitu bahan
tambahan pangan yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba, yang dapat
menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk,
lebih larut, dan lain-lain.
2.
Penanbah gizi, yaitu
bahan tambahan berupa asam amino, mineral, atau vitamin, baik tunggal maupun
campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3.
Humektan, yaitu bahan
tambahan pangan yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga mempertahankan
kadar air pangan.
Berdasarkan
Permenkes RI Nomor 033/
Menkes/ Per/ IX/ 2012, bahan tambahan yang
dilarang digunakan dalam makanan diantaranya adalah (1) natrium tetraborat
(boraks), (2) formalin, (3) minyak nabati yang dibrominasi,(4)
kloramfenikol, (5) kalium klorat, (6) dietilpirokarbonat, (7) nitrofueanzon, (8)
p-phenetilkarbamida, (9) asam salisilat dan garamnya.
Menurut Permenkes RI Nomor 033/ Permenkes/ Per/ IX/ 2012, bahan tambahan
diatas, ada tambahan kimia yang dilarang, seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin
(pemanis sintesis), dan potassium bromate (pengeras) (Hidayat, 2006).
2.2.2 Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan
Adapun tujuan
penggunaan bahan tambahan pangan adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan.
2) Membuat
bahan pangan lebih mudah dihidangkan.
3) Mempermudah
preparasi bahan pangan (Cahyadi, 2009).
Bahan tambahan pangan yang diizinkan menurut peraturan
menteri kesehatan RI No. 033 Tahun 2012 bahan tambahan makanan yang diizinkan
digukan pada makanan adalah seabagai berikut :
1) Anti
buih (Antifoaming agent)
2) Anti
kempal (Anti caking agent)
3) Anti
oksidan (Antixidant)
4) Bahan
pengkarbonasi ( Carbonating agent )
5) Garam
pengemulsi ( Pengemulfifying agent )
6) Gas
untuk kemasan ( Palkaging gas )
7) Humaktan
( Humeltan )
8) Pelapis
( Suverrfener )
9) Pembawa
( Carrier )
10) Pembentuk
gas ( Galing agent ) ( Depkes, 2012 ).
2.3 Pemanis
2.3.1 Pengertian Pemanis
Pemanis
merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk kepeluan
produk olahan pangan, industri, serta makanan dan minuman kesehatan. Pemanis
berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat
fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan
sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah
kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurut berat badan,
mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama.
Zat pemanis sintetis merupakan zat
yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan
terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang di hasilkannya jauh lebih
rendah dari pada gula (Winarno, 1997).
Bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan karena
bersifat karsiogenik antara lain adalah :
1. Asam
boraks ( Borcalid )
2. Asam
salisilat dan garamnya ( Salicylic Acid ts salt )
3. Dietilpiro
karbonat ( Diethyfyro Carbonate, DEPC )
4. Dulsin
( Dulcin )
5. Kalium
Kromat ( Potasium )
6. Kloramfenikol
( Chloramfenekol )
7. Minyak
nabati yang di brominasi ( Brominated Vegatables Oils )
8. Nitofurazon
( Nitrofurazone )
9. Formalin
( formadelhid )
10. Kalium
Bromate ( Potassium Bromate ) ( depkes, 2012 ).
Pemanis
merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk kepeluan
produk olahan pangan, industri, serta makanan dan minuman kesehatan. Pemanis
berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat
fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan
sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah
kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurut berat badan,
mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama.
Zat pemanis sintetis merupakan zat
yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan
terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang di hasilkannya jauh lebih
rendah dari pada gula (Winarno, 1997).
2.3.2 Jenis Zat Pemanis
a) Pemanis
Alami
Pemanis
alami biasanya dari tanaman.Tanaman penghasil utama adalah tebu (Saccharum officanirum L) dan bit (Beta vulgaris L), bahan pemanis yang
dihasilkan dari kedua tanaman tersebut terkenal sebagai gula alam atau sukrosa.
Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah: Gula, secara kimiawi
gula identik dengan karbohidrat.
Ada
beberapa jenis gula yang di produksi:
1. Gula
Granulasi (Gula Pasir) : kristal-kristal gula berukuran kecil yang ada umumnya
dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).
2. Gula
Batu : Gula batu tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari
kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal
bening dan putih di buat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi
secara lembut.
b)
Pemanis buatan
Pemanis
buatan adalah zat tambahan yang sengaja dibuat untuk menirukan rasa gula yaitu
manis. Zat pemanis buatan dibagi menjadi dua, yaitu pemanis alami dan pemanis
buatan. Salah satu jenis pemanis buatan yang sangat penting yaitu yang sering
disebut dengan pemanis intensitas tinggi. Zat pemanis tersebut merupakan
senyawa yang mempunyai tingkat kemanisan beberapa kali lipat dibandingkan gula
murni (sukrosa).
Kebanyakan pemanis buatan yang diizinkan digunakan pada
makanan adalah pemanis sintesis. Walaupun demikian, banyak pula pengganti gula
yang berasal dari tumbuhan. Sebagai contoh adalah xilitol dan sorbitol yang
banyak ditemukan pada beri, buah, sayuran dan jamur. Sangat sulit untuk
mengekstrak pemanis alami, sehingga upaya untuk membuat kedua zat ini dilakukan
melalui sintesis yaitu dengan hidrogenasi gula reduksi. Sebagai contoh, xilosa
diubah menjadi xilitol, laktosa menjadi laktitol, dan glukosa menjadi sorbitol.
Pemanis buatan yang diperbolehkan
No
|
Nama Pemanis Buatan
|
Penggunaan dalam Pangan
|
Ukuran maksimum yang diizinkan
|
1.
|
Sakarin (Dengan garan natrium sakarin)
|
1. Untuk saus, Es lilin, Minuman ringan dan minuman yogurt berkalori rendah
2. Es krim, Es puter, dan sejenisnya
serta jem dan jelly berkalori rendah
3. Permen berkalori rendah
4. Permen karet dan minuman ringan fermentasi berkalori
|
300 mg/kg
200 mg/kg
100 mg/kg
50 mg/kg
|
2.
|
Siklamat (dangaram natrium dan kalsium siklamat)
|
1.
Untuk saus, es
liin, minuman ringan dan minuman yogurt berkalori rendah
2.
Es krim, es
puter, dan sejenisnya serta jem dan jeli berkalori rendah
3.
Permen
berkalori rendah
4.
Permen karet
dan minuman ringan fermentasi berkalori rendah
|
gr/kg
gr/kg
1 gr/kg
500 mg/kg
|
3.
|
Sorbitol
|
1.
Untuk kismis
2.
Jem, jeli
dan roti
3.
Pangan lain
|
5 gr/kg
300 mg/kg
120 mg/kg
|
4.
|
Aspartam
|
Aneka
makanan/minuman
|
-
|
2.4 Tujuan Digunakan Bahan Pemanis Alternatif
Tujuan digunakan bahan pemanis
alternatif antara lain untuk mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan
jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat
badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama.
Selain itu, pemanis alternatif dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan
untuk penderita diabetes atau gula tinggi sebagai bahan substitusi gula reduksi
lainnya (Winarno, 1994).
2.4.1 Sakarin
Sakarin dengan rumus melekul C7H5NO3S
merupakan pemanis buatan yang sangatmanis. Sakarin 60 mg setara dengan lebih
kurang 30 g sukrosa, sehingga kadarnya dalam makanan atau minuman biasanya
sangat kecil. Secara umum garam sakarin berbentuk Kristal putih, tidak berbau
atau berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air kombinasi penggunaannya
dengan pemanis buatan rendah kalorai lainnya bersifat sinergis ( Rohman, 2007
).
2.4.2 Siklamat
Siklamat pertama kali ditemukan dengan
tidak sengaja oleh Michael Sveda pada tahun 1937.Sejak tahun 1950 siklamat
ditambahkan ke dalam
pangan dan minuman.Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium dari
asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na.
Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksilsulfamat atau natrium
siklamat. Dalam perdagangan, siklamata dikenal dengan nama assugrin,sukaryl, sucrose. Siklamat biasanya terhadap sebagai garam
natrium atau kalsium. Kemanisannya kurang lebih 30 kali lebih manis daripada
sukrosa, sehingga biasanya terdapat dalam makanan atau minuman dengan kadar
relatif lebih kecil (Cahyadi 2009).
Siklamat berbentuk serbuk hablur,
bewarna putih, tidak berbau atau sampai tidak berbau, berasa agak manis
walaupun dalam larutan encer. Siklamat larut dalam 5 bagian air, dalam 250
bagian etanol (95%) P, dalam 25 bagian propilenglikol P, tetapi siklamat praktis
tidak larut dalam klorofom P dan dalam eter P (Depkes, 1997).
Gambar
1.2 : Struktur Natrium siklamat.
Siklamat biasanya tersedia dalam
bentuk garam natrium dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na.
Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksil sulfamat atau natrium
siklamat. Dalam perdagangan, siklamt dikenal dengan mana assugin, sucaryl atau
sucrosa. Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang
kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisnnya ±
30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai
sebahai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-nutritive) untuk
pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan
dalam pangan yang diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng.
Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa
pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian bahwa
tikus yang diberikan siklamat dan sakarin dapat menimbulkan kanker kantong
kemih. Penelitian baru menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan antropi,
yaitu terjadinya pengecilan testikuler dan kerusakan kromosom. Penelitian yang
dilakukan oleh para ahli Academy of Science pada tahun 1985 melaporkan bahwa
siklamat maupun turunannya (sikloheksiamin) tidak bersifat karsinogenik, tetapi
diduga sebagai tumor promotor. Sampai saat ini hasil penelitian mengenai dampak
siklamat terhadap kesehatan masih diperdebatkan. Menurut peraturan Menteri
kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88, kadar maksimum asam siklamat yang
diperbolehkan dalam pangan dan minuman berkalori rendah dan untuk penderita
diabetes mellitus adalah 3g/kg bahan pangan dan minuman (Cahyadi, 2006).
2.5 Metode kualitatif
Analisa
kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia mengenali unsur atau
senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Umumnya dalam kuliah kimia, para
mahasiswa peratama kali dihadapkan dengan analisis kualitatif ketika sejumlah
unsur di pisahkan dan diidentifikasi melalui pengendapan dengan hidrogen
sulfida.Produk-produk organik yang sintetis dalam laboratorium bisa
diidentifikasi dengan menggunakan teknik-teknik instrumentasi seperti
spektroskopi inframerah dan resornansi megnetik nuklir (Underwood, 1981).
Analisa
kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia
dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu
acara yang efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya
dalam larutan.Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa
pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi
ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion/kation suatu larutan.Analisis
kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi
basah.Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat
dalam larutan.Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis
semimikro dengan hanya moditifikasi kecil (Shvehla, G. 1985).
2.6 Analisa Kuantitatif
Analisa
kuantitatif adalah analisa yang berkaitan dengan beberapa banyak suatu zat
tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.Zat yang di tetapkan tersebut yang
sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, sebagian kecil atau
besar sampel yang dianalisis (Underwood, 1999).Analisis kuantitatif adalah
analisa kimia yang khusus mempelajari atau menyelidiki jumlah atom, ion, atau
molekul penyusun suatu senyawaa.Biasanya analisis kuantitatif sering di sebut
juga analisis jumlah (Zulkarnaen, 1991).Analisa kuantitatif merupakan pemisahan
suatu materi menjadi pertikel-partikel.Fungsinya yaitu untuk menetapkan berapa
banyak unsur atau zat yang ada dalam senyawa campuran.Analisa kuantitatif
berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung
dalam suatu sampel, zat yang ditetapkan tersebut dinyatakan sebagai konstituen (Irfan,
2000).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka teori
Menganalisa kadar natrium siklamat
dalam sirup pala dengan reaksi pengendapan.
3.2 Tempat dan Waktu Wenelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di laboratorium Akafarma Harapan Bangsa Banda Aceh.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam
Penelitian ini adalah sirup pala yang dijual di Tapak Tuan.
3.3.2 Sampel
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sirup pala yang dijual di Tapak Tuan Aceh Selatan
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Adapun alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass, corong, kertas saring,
spatula, lampu spiritus, kaca arloji, timbangan analitik, gelas ukur, pipet
volum, pipet tetes, tanur listrik.
3.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : asam klorida (pekat), Barium klorida 10 %, Natrium nitrit 10 %, dan aquadest.
3.5 Pembuatan Reagensia
3.5.1 Pembuatan BaCl2 10 %
1. Ditimbang
10 gram BaCl2
2. Dimasukkan
ke dalam labu 100 ml
3. Ditambahkan
aquadest sampai tanda batas
4. Dikocok
larutan hingga larut sempurna
3.5.2 Pembuatan NaNO2 10 %
1. Ditimbang
10 gram NaNO2
2. Dimasukkan
ke dalam labu 100 ml
3. Ditambahkan
aquadest sampai tanda batas
4. Dikocok
hingga larut sempurna
3.6 Cara kerja
3.6.1 Uji kualitatif Natrium Siklamat
1. Dipipet
sebanyak 100 ml sampel yang akan diuji
2. Ditambahkan
2 gram BaCl2, lalu didiamkan
3. Setelah
terjadi endapan kemudian disaring
4. Ditambahkan
10 ml HCl (pekat)
5. Ditambahkan
0,2 gram NaNO2 10 %
6. Adanya
endapan bewarna putih menunjukkan adanya siklamat.
3.6.2 Uji Kuantitatif Natrium Siklamat
1. Ditambahkan
10 ml HCl (pekat)
2. Ditambahkan
10 ml BaCl2 10 %
3. Diaduk
dan didiamkan selama 30 menit
4. Jika
terbentuk endapan disaring dan dicuci dengan air
5. Ditambahkan
10 ml NaNO2 10 % ke dalam filtrat
6. Diaduk
dan dipanaskan di atas
penangas air selama 2 jam. Untuk menghindari penguapan, selama pemanasan harus
ditutup
7. Disimpan
di atas
tempat yang hangat selama semalam
8. Endapan
yang terjadi, disaring, dicuci, dan dikeringkan diatas asbes
9. Dipanaskan
di atas
api selama 10 menit
10. Dipijarkan
dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang.
Berat
kalsium sikloheksil sulfamat = BaSO4 x 0,8625 = Beratt Natrium sikloheksil
sulfamat x 0,9266.
Sumber
: (AOAC,1990-1995; SNI, 1992; Farmakope Indonesia 1997).
ASSLAMUALLAIKUM ..
BalasHapusmaaf mas, untuk pengujian kuantitatifnya natrium siklamatnya seperti apa yah? dan untuk pencucian, penyaringan, dan pengeringan iatas asbes seperti apa yah ?
dan kalau pengantian eksiator dengan alat lain apa bisa?
Hasil dan kesimpulannya mana mas?
BalasHapus