BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Produk pangan sekarang
ini beragam bentuknya, baik dari jenis maupun dari segi rasa dan cara
pengolahannya, dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan
bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari, satu diantara
bahan aditif tersebut adalah pemanis buatan. Pemanis merupakan salah satu bahan
tambahan pangan yang sekarang banyak digunakan untuk menambah cita rasa
terhadap makanan dan minuman. Namun dalam prakteknya di masyarakat masih banyak
yang belum memahami.
Pemanis
merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan
produk olahan pangan.Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma,
memperbaiki sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia
sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh. Pemanis buatan adalah bahan
tambahan makanan untuk menggantikan rasa manis gula yang biasanya mengandung
sedikit energy ( Eriawan R. Dan Imam P, 2002 ).
Sirup
merupakan larutan yang terdiri dari air, gula dan formulasi bahan-bahan
tambahan pangan. Bahan tambahan pangan bertujuan untuk meningkatkan nilai organoleptik, menghambat pertumbuhan mikroba
dan memperpanjang masa simpan produk. Namun demikian penggunaan bahan tambahan
tersebut dalam jumlah besar dapat memberikan peluang terjadinya masalah
kesehatan bagi manusia. Seperti iritasi tenggorokan, dan dapat mempengaruhi
saraf otak dan kanker ( Anonim, 2012).
Sirup
pala merupakan pembuatan industry rumah tangga di Tapak Tuan dan hampir
sebagian masyarakat Tapak Tuan ini memanfaatkan buah pala menjadi peluang
bisnis untuk menambah incam keluarga.
Buah pala (Myristica fragrans) selain
di olah menjadi manisan juga dapat di olah menjadi sirup. Seiring dengan
berkembangnya produk tambahan peneliti ingin mengetahui ada atau tidak pemanis
buatan dalam sirup pala tersebut. Identifikasi pemanis buatan ini dapat di
tentukan secara analisa kualitatif dan kuantitatif dengan melihat perubahan
warna dan nilai kadar pemanis tersebut.
Berdasarkan
latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Analisa Kadar Natrium Siklamat dalam sirup pala yang di jual di Tapak Tuan.
1.2
Perumusan
Masalah
Apakah terkandung
natrium siklamat dalam sirup pala yang di jual di Tapak Tuan Aceh Selatan.
1.3 Tujuan
penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa natrium siklamat dalam sirup pala yang di jual di
Tapak Tuan secara kualitatif.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat
dilakukan pengujian Analisa kadar Natrium Siklamat dalam sirup pala adalah :
1. Mengetahui ada tidaknya siklamat dalam
sirup pala dan untuk menentukan kadar nya.
2. Dapat
memberi wawasan dengan mengetahui bahaya sirup yang mengandung siklamat diluar
batas yang ditentukan.
3. Sebagai
referensi kepustakaan bagi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Yayasan Harapan
Bangsa Banda Aceh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minuman
2.2.1 Pengertian Minuman
Pada dasarnya minuman
adalah setiap cairan yang dapat diminum kecuali obat-obatan, minuman merupakan
bahan yang sangat dibutuhkan oleh maklhuk hidup, yang berguna bagi kelangsungan
hidupnya. Oleh karena itu, kualitas minumana harus terjamin agar konsumen
sebagai pemakaian produk minuman dapat terhindar dari penyakit akibat minuman,
terutama minuman yang mengandung bahan tambahan pangan seperti bahan pengawet
atau bahan pemanis pada makanan.
Minuman
merupakan segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat menghilangkan rasa
haus. Minuman umumnya berbentuk cair, namun ada pula yang berbentuk padat
seperti es krim atau es lilin. Minuman kesehatan adalah segala sesuatu yang
dikonsumsi yang dapat menghilangkan rasa haus dan dahaga juga mempunyai efek
menguntungkan terhadap kesehatan ( Winarti, 2006 ).
Adapun manfaat atau fungsi dari minuman
tersebut adalah :
1. Untuk memuaskan atau menghilangkan rasa haus
2. Merangsang nafsu makan
3. Untuk menambah tenaga
4. Untuk membantu pencernaan makana
2.2 Sirup Pala
Sirup
pala merupakan pembuatan industry rumah tangga, hampir sebagian masyarakat ini
memanfaatkan buah pala menjadi peluang bisnis untuk menambah incam keluarga.
Buah pala (Myristica fragrans) selain
diolah menjadi manisan juga dapat di olah menjadi sirup.
Gambar 1.1 : Sirup Pala
Sirup merupakan minuman
yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, hal ini karena kemudahan dalam
menyajikannya. Sirup merupakan larutan gula pekat yang digunakan sebagai bahan
minuman dengan ada atau tanpa ditambahkannya sam (antara lain asam sitrat, asam
tartarat dan asam laktat) juga aroma dan zat warna.
Sirup
tergolong kedalam jenis minuman ringan, tapi lebih berupa cairan kental yang
terbuat dari larutan gula. Untuk menambah kelezatan dan sedapnya aroma.
Biasanya orang masih memberi bahan penambah rasa, zat pewarna, serta berbagai
zat lain yang menarik selera. Sirup merupakan produk yang berasal dari sari
buah yang kemudian ditambah gula, air, asam dan bahan pengawet. Sedangkan
menurut Standar Industri Indonsesia (1986), sirup adalah larutan pekat
(sukrosa, gula invert, dan high
fructose syrup) dengan ada atau tanpa
penambahan bahan makanan yang diizinkan.
2.2.1 Keamanan
Pangan
Keamanan pangan adalah
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari pencemaran yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.Pangan yang
aman serta bermutu dan bergizi tinggi sangat penting peranannya bagi
pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan
kecerdasan masyarakat (Saparinto, 2006).
Sistem
pangan yang ada saat ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengaturan, pembinaan atau pengawasan terhadap kegiatan atau prosesproduksi
makanan dan peredarannya sampai siap dikonsumsi manusia. Salah satu aspek yang
harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan terhadap
bahan pangan yang kemudian dikenal dengan bahan tambahan pangan (Syah, 2005).
2.3 Bahan
Tambahan Pangan
Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012 secara umum bahan tambahan pangan
adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan
merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang
dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyiapan.
Bahan
tambahan pangan yang digunakan hanya
dapat dibenarkan :
1. Dimaksukkan untuk mencapai
masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan.
2. Tidak
digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi
persyaratan.
3. Tidak
digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi yang baik untuk pangan.
4. Tidak
digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
2.3.1 Penggolongan Bahan Tambahan Pangan
Pada
umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1. Bahan
tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan
mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan
kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, dan
pengeras.
2. Bahan
tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, sebagai contoh residu pestisida dan
antiobiotik.
Selain bahan tambahan pangan yang
tercantum dalam peraturan tersebut masih ada beberapa bahan tambahan tambahan
pangan yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya :
1. Enzim,
yaitu bahan tambahan pangan yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba, yang
dapat menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih
empuk, lebih larut, dan lain-lain.
2. Penanbah
gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral, atau vitamin, baik
tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3. Humektan,
yaitu bahan tambahan pangan yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga
mempertahankan kadar air pangan.
Bahan
tambahan pangan yang diizinkan menurut peraturan menteri kesehatan RI No. 033
Tahun 2012 bahan tambahan makanan yang diizinkan digukan pada makanan adalah
seabagai berikut :
1) Anti
buih (Antifoaming agent)
2) Anti
kempal (Anti caking agent)
3) Anti
oksidan (Antixidant)
4) Bahan
pengkarbonasi ( Carbonating agent )
5) Garam
pengemulsi ( Pengemulfifying agent )
6) Gas
untuk kemasan ( Palkaging gas )
7) Humaktan
( Humeltan )
8) Pelapis
( Suverrfener )
9) Pembawa
( Carrier )
10) Pembentuk
gas ( Galing agent ) ( Depkes, 2012 ).
Bahan
tambahan pangan yang tidak diizinkan karena bersifat karsiogenik antara lain
adalah :
1. Asam
boraks ( Borcalid )
2. Asam
salisilat dan garamnya ( Salicylic Acid ts salt )
3. Dietilpiro
karbonat ( Diethyfyro Carbonate, DEPC )
4. Dulsin
( Dulcin )
5. Kalium
Kromat ( Potasium )
6. Kloramfenikol
( Chloramfenekol )
7. Minyak
nabati yang di brominasi ( Brominated Vegatables Oils )
8. Nitofurazon
( Nitrofurazone )
9. Formalin
( formadelhid )
10. Kalium
Bromate ( Potassium Bromate ) ( Depkes,
2012 ).
2.3.2 Tujuan
penggunaan bahan tambahan pangan
Adapun tujuan
penggunaan bahan tambahan pangan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan.
b. Membuat
bahan pangan lebih mudah dihidangkan.
c. Mempermudah
preparasi bahan pangan ( Winarno, 1991 ).
2.4 Pemanis
2.4.1 Pengertian Pemanis
Pemanis merupakan
senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk kepeluan produk
olahan pangan, industri, serta makanan dan minuman kesehatan. Pemanis berfungsi
untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai
pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi
tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol,
mengontrol program pemeliharaan dan penurut berat badan, mengurangi kerusakan
gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama.
Zat pemanis sintetis merupakan zat
yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan
terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang di hasilkannya jauh lebih
rendah dari pada gula (Winarno, 1997).
2.4.2 Jenis Zat Pemanis
a. Pemanis Alami
Pemanis alami biasanya
dari tanaman.Tanaman penghasil utama adalah tebu (Saccharum officanirum L) dan bit (Beta vulgaris L), bahan pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman
tersebut terkenal sebagai gula alam atau sukrosa. Beberapa bahan pemanis alam
yang sering digunakan adalah: Gula, secara kimiawi gula identik dengan
karbohidrat.
Ada beberapa jenis gula
yang di produksi:
1. Gula
Granulasi (Gula Pasir) : kristal-kristal gula berukuran kecil yang ada umumnya
dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).
2. Gula
Batu : Gula batu tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari
kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal
bening dan putih di buat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi
secara lembut.
b. Pemanis Buatan
Pemanis buatan adalah
zat tambahan yang sengaja dibuat untuk menirukan rasa gula yaitu manis. Zat
pemanis buatan dibagi menjadi dua, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.
Salah satu jenis pemanis buatan yang sangat penting yaitu yang sering disebut
dengan pemanis intensitas tinggi. Zat pemanis tersebut merupakan senyawa yang
mempunyai tingkat kemanisan beberapa kali lipat dibandingkan gula murni
(sukrosa).
Kebanyakan pemanis buatan yang diizinkan digunakan pada makanan adalah
pemanis sintesis. Walaupun demikian, banyak pula pengganti gula yang berasal
dari tumbuhan. Sebagai contoh adalah xilitol dan sorbitol yang banyak ditemukan
pada beri, buah, sayuran dan jamur. Sangat sulit untuk mengekstrak pemanis
alami, sehingga upaya untuk membuat kedua zat ini dilakukan melalui sintesis
yaitu dengan hidrogenasi gula reduksi. Sebagai contoh, xilosa diubah menjadi
xilitol, laktosa menjadi laktitol, dan glukosa menjadi sorbitol.
Pemanis
buatan yang diperbolehkan
No
|
Nama
Pemanis Buatan
|
Penggunaan
dalam Pangan
|
Ukuran
maksimum yang diizinkan
|
1.
|
Sakarin
(Dengan garan natrium sakarin)
|
1. Untuk
saus, Es lilin, Minuman ringan dan minuman yogurt berkalori rendah
2. Es
krim, Es puter, dan sejenisnya serta
jem dan jelly berkalori rendah
3. Permen
berkalori rendah
4. Permen
karet dan minuman ringan fermentasi berkalori
|
300 mg/kg
200 mg/kg
100 mg/kg
50 mg/kg
|
2.
|
Siklamat
(dangaram natrium dan kalsium siklamat)
|
1. Untuk
saus, es lilin,
minuman ringan dan minuman yogurt berkalori rendah
2. Es
krim, es puter, dan sejenisnya serta jem dan jeli berkalori rendah
3. Permen
berkalori rendah
4. Permen
karet dan minuman ringan fermentasi berkalori rendah
|
gr/kg
gr/kg
1 gr/kg
500 mg/kg
|
3.
|
Sorbitol
|
1. Untuk
kismis
2. Jem,
jeli dan roti
3. Pangan
lain
|
5 gr/kg
300 mg/kg
120 mg/kg
|
4.
|
Aspartam
|
Aneka makanan/minuman
|
-
|
2.5 Tujuan Digunakan Bahan Pemanis Alternatif
Tujuan digunakan bahan pemanis
alternatif antara lain untuk mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan
jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat
badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama.
Selain itu, pemanis alternatif dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan
untuk penderita diabetes atau gula tinggi sebagai bahan substitusi gula reduksi
lainnya (Winarno, 1994).
2.5.1 Siklamat
Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja
oleh Michael Sveda pada tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan ke
dalam pangan dan minuman. Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium
dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na.
Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksilsulfamat atau natrium
siklamat. Dalam perdagangan, siklamata dikenal dengan nama assugrin, sukaryl, sucrose. Siklamat biasanya terhadap sebagai
garam natrium atau kalsium. Kemanisannya kurang lebih 30 kali lebih manis
daripada sukrosa, sehingga biasanya terdapat dalam makanan atau minuman dengan
kadar relatif lebih kecil (Cahyadi 2009).
Siklamat berbentuk serbuk hablur,
bewarna putih, tidak berbau atau sampai tidak berbau, berasa agak manis
walaupun dalam larutan encer. Siklamat larut dalam 5 bagian air, dalam 250
bagian etanol (95%) P, dalam 25 bagian propilenglikol P, tetapi siklamat
praktis tidak larut dalam klorofom P dan dalam eter P (Depkes, 1997).
Siklamat
Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja
oleh Michael Sveda pada tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan ke
dalam pangan dan minuman. Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium
dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na.
Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksilsulfamat atau natrium
siklamat. Dalam perdagangan, siklamata dikenal dengan nama assugrin,sukaryl, sucrose. Siklamat biasanya terhadap sebagai garam
natrium atau kalsium. Kemanisannya kurang lebih 30 kali lebih manis daripada
sukrosa, sehingga biasanya terdapat dalam makanan atau minuman dengan kadar
relatif lebih kecil (Cahyadi 2009).
Siklamat berbentuk serbuk hablur,
bewarna putih, tidak berbau atau sampai tidak berbau, berasa agak manis
walaupun dalam larutan encer. Siklamat larut dalam 5 bagian air, dalam 250
bagian etanol (95%) P, dalam 25 bagian propilenglikol P, tetapi siklamat
praktis tidak larut dalam klorofom P dan dalam eter P (Depkes, 1997).
Gambar
1.2
: Struktur Natrium siklamat.
2.6 Metode kualitatif
Analisa kualitatif berkaitan
dengan identifikasi zat-zat kimia mengenali unsur atau senyawa apa yang ada
dalam suatu sampel. Umumnya dalam kuliah kimia, para mahasiswa peratama kali
dihadapkan dengan analisis kualitatif ketika sejumlah unsur di pisahkan dan
diidentifikasi melalui pengendapan dengan hidrogen sulfida. Produk-produk
organik yang sintetis dalam laboratorium bisa diidentifikasi dengan menggunakan
teknik-teknik instrumentasi seperti spektroskopi inframerah dan resornansi
megnetik nuklir (Underwood, 1981).
Analisa
kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia
dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu
acara yang efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya
dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa
pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi
ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion/kation suatu larutan.Analisis
kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam
larutan.Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis
semimikro dengan hanya moditifikasi kecil (Shvehla, G. 1985).
2.7 Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif
adalah analisa yang berkaitan dengan beberapa banyak suatu zat tertentu yang
terkandung dalam suatu sampel. Zat yang di tetapkan tersebut yang sering kali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit, sebagian kecil atau besar sampel yang
dianalisis (Underwood, 1999).
Analisis kuantitatif
adalah analisa kimia yang khusus mempelajari atau menyelidiki jumlah atom, ion,
atau molekul penyusun suatu senyawaa. Biasanya analisis kuantitatif sering di
sebut juga analisis jumlah (Zulkarnaen, 1991).
Analisa kuantitatif
merupakan pemisahan suatu materi menjadi pertikel-partikel.Fungsinya yaitu
untuk menetapkan berapa banyak unsur atau zat yang ada dalam senyawa campuran. Analisa
kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang
terkandung dalam suatu sampel, zat yang ditetapkan tersebut dinyatakan sebagai
konstituen (Irfan, 2000).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka teori
Menganalisa kadar
natrium siklamat dalam sirup pala dengan reaksi pengendapan.
3.2 Tempat dan Waktu Wenelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di laboratorium Akafarma Harapan Bangsa Banda Aceh.
3.3 Populasi
dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam
Penelitian ini adalah sirup pala yang dijual di Tapak Tuan.
3.3.2 Sampel
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sirup pala yang dijual di Tapak Tuan
Aceh Selatan
3.4 Alat
dan Bahan
3.4.1 Alat
Adapun alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass, corong, kertas saring,
spatula, lampu spiritus, kaca arloji, timbangan analitik, gelas ukur, pipet volum,
pipet tetes.
3.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : asam klorida (pekat), Barium klorida 10
%, Natrium nitrit 10 %, dan aquadest.
3.5 Pembuatan Reagensia
3.5.1 Pembuatan
BaCl2 10 %
1. Ditimbang
10 gram BaCl2
2. Dimasukkan
ke dalam labu 100 ml
3. Ditambahkan
aquadest sampai tanda batas
4. Dikocok
larutan hingga larut sempurna
3.5.2 Pembuatan NaNO2 10 %
1. Ditimbang
10 gram NaNO2
2. Dimasukkan
ke dalam labu 100 ml
3. Ditambahkan
aquadest sampai tanda batas
4. Dikocok
hingga larut sempurna
3.6 Cara kerja
3.6.1 Uji
kualitatif Natrium Siklamat
1. Dipipet
sebanyak 100 ml sampel yang akan diuji
2. Ditambahkan
2 gram BaCl2, lalu didiamkan
3. Setelah
terjadi endapan kemudian disaring
4. Ditambahkan
10 ml HCl (pekat)
5. Ditambahkan
0,2 gram NaNO2
6. Adanya
endapan bewarna putih menunjukkan adanya siklamat.
3.6.2 Uji Kuantitatif Natrium Siklamat
1. Ditambahkan
10 ml HCl (pekat)
2. Ditambahkan
10 ml BaCl2 10 %
3. Diaduk
dan didiamkan selama 30 menit
4. Jika
terbentuk endapan disaring dan dicuci dengan air
5. Ditambahkan
10 ml NaNO2 10 % ke dalam filtrat
6. Diaduk
dan dipanaskan di atas
penangas air selama 2 jam. Untuk menghindari penguapan, selama pemanasan harus
ditutup
7. Disimpan
di atas
tempat yang hangat selama semalam
8. Endapan
yang terjadi, disaring, dicuci, dan dikeringkan diatas asbes
9. Dipanaskan
di atas
api selama 10 menit
10. Dipijarkan
dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang.
Berat
kalsium sikloheksil sulfamat = BaSO4 x 0,8625 = Berat Natrium sikloheksil
sulfamat x 0,9266.
Sumber
: (AOAC,1990-1995; SNI, 1992; Farmakope Indonesia 1997).
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, sanita, 2009, prinsip Dasar Ilmi Gizi, PT.Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Cahyadi, Wisnu, 2009, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Pangan,
Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta.
Depkes, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta.
Eriawan R. dan Imam P, 2002. Analisa dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Edisi ke dua, PT. bumi Aksara. Jakarta.
Harper, L. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian.
Terjemahan oleh Suhardjo, UI Press, Jakarta.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Syah, D. dkk, 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan
Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Saparinto, C. Hidayati D. 2006. Bahan
Tambahan Pangan. Cetakan I. Kanisius, Yogyakarta.
Svehla, G., Ph.D.Sc., F.R.I.C. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro Bagian I (Edisi Ke Lima). Jakarta : PT. Kalmat Media
Pusaka.
Standar Nasional Inonesia (SNI), Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dan
Persyaratan Penggunaan dalam, pusat
standarisasi Industri Republik Indonesia Depertemen Perindustrian.
Underwood, A, L, 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Ke Empat,
Surabaya : PT. Gelora Aksara Pratama.
Winarno, F.G dan T.S. Rahayu. 1991. Bahan Tambahan dan Kontaminasi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Winarti, T.S. Raahayu. 1991. Bahan Tambahan dan kontaminasi. Pustaka
sinar harapan, jakarta.
LAMPIRAN
BaCl2
|
1.
-
Ditimbang sebanyak 10
gram BaCL2
-
Dimasukkan ke dalam
labu 100 ml
-
Ditambahkan aquadest
sampai tanda batas
-
Dikocok sampai homogeny
BaCl2
10 %
|
2.
NaNO2
|
-
Ditimbang sebanyak 10
gram NaNO2
-
Dimasukkan ke dalam
labu 100 ml
-
Ditambahkan aquadest
sampai tanda batas
-
Dikocok sampai homogen
NaNO2 10
%
|
Lampiran
II. Perhitungan Reagensia
1. Perhitungan
Pembuatan BaCl2 10 % dalam labu 100
ml
Persen
berat per volume (% b/v) =
10 % =
x
100 %
0,1
Gram BaCl2 = 100 x 0,1
= 10 gram
2. Perhitungan
pembuatan NaNO2 10 % dalam labu 100
ml
Persen
berat per volume (% b/v)
10 %
=
x
100 %
0,1
=
Gram NaNO2 = 100 x 0,1
= 10
gram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar